Tuman

Hari itu mereka bertiga nongkrong seperti biasa.Haqqi, dengan gaya bercandanya yang kelewat santai, nyeletuk:

Haqqi: “Ghoz, kalau mikir jangan terlalu keras. Otakmu kan mudah panas koyok banyu umup!”Haqqi dan Ucup tertawa.

Tapi hati Ghozal sedang tidak baik-baik saja.Kalimat ringan itu jatuh di tempat yang salah.

Di dalam kepalanya muncul prasangka: “Dia ngece aku jooo…”

Sejak itu, Ghozal mulai menjauh.Haqqi merasa perubahan itu, namun ia memilih diam—bukan karena tak peduli, tapi takut lisannya memperburuk keadaan.di hatinya ia mengakui: “Aku harus lebih jaga kata-kata.bercanda ada batasnya.”

Ucup akhirnya menegur Ghozal:

Ucup: “Bro, lu olang kenapa ngejauh dari Haqqi?”

Ghozal: “Dia suka ngeremehin…”

Ucup: (lebih serius)

“Ghoz, aku ada di situ.itu cuma candaan.kadang hati kita yang lagi rapuh bikin semuanya terasa salah.”

Ghozal terdiam.tatapannya jatuh ke ujung sepatu.masuk satu pukulan lembut ke kesadarannya.

“Apa aku terlalu cepat menilai? Tanpa tanya dulu… aku malah menghakimi.”

Ia menarik napas panjang—berani mengakui dirinya salah.

Sore harinya, ia menghampiri Haqqi yang sendirian.

Ghozal:“Qiq… maaf ya. aku salah paham. ngebiarin prasangka nguasain kepala dari pada mikir dulu.”

Haqqi tersenyum menenangkan.

Haqqi:“aku juga salah, Ghoz.kadang bercandaku kebablasan.mulai sekarang aku belajar jaga lisan.

Karena sekali nyenggol hati…susah benerinnya.”

Mereka saling menepuk bahu. dan serentak berkata " WOKEEE AMANN BOLOOO"

Lalu Ucup muncul sambil teriak:

Ucup:“Udah baikan? Gas futsal!Yang kalah traktir es teh jumbo!

Jangan baper lagi, nanti otaknya panas beneran!”

Ghozal : Nahh sip josjissszzz

Mereka bertiga ngakak dan jalan bersama.tapi nggajadi futsal , haqqi maunya mancing.

Haqqi : Sorry, mancing lebih syahduu dari pada futsal woo

Ghozal : Mentang mentang pancing nya mahal, kamu mau ngatain punyaku murahan gitu yaa ? Haaa??

Ucup : Alah alah alah,, baruu ajaa selesai,, diulangi lagi,,lek tumannnn to yooo yooo😓

Komentar